;

Kamis, 25 Desember 2014

E-MAIL

Kamis, 25 Desember 2014

Sepasang suami isteri setengah baya yang sama-sama dari  kalangan profesional merasa penat dengan kesibukan di ibukota. Mereka memutuskan untuk berlibur di Bali. Mereka akan  menempati kembali kamar hotel yang sama dengan ketika mereka berhoneymoon  saat menikah 30 tahun yang lalu. Karena kesibukan sang istri, sang suami harus  terbang lebih dahulu dan isterinya baru menyusul keesokan  harinya, 

Setelah check in di hotel di Bali, sang suami  mendapati komputer yang tersambung ke internet telah terpasang di  kamarnya. Dengan gembira ia menulis e-mail mesra kepada isterinya di  kantornya di Jalan Sudirman, Jakarta. Celakanya, ia salah mengetik  alamat e-mail isterinya dan tanpa menyadari kesalahannya ia tetap mengirimkan  e-mail tersebut.

Di daerah Cinere, seorang wanita baru kembali dari  pemakaman suaminya yang baru meninggal. Setiba di rumah, ia langsung check  e-mail untuk membaca ucapan-ucapan belasungkawa. Baru selesai membaca  e-mail yang pertama, ia jatuh pingsan. Anak sulungnya yang terkejut kemudian  membaca e-mail tersebut, yang bunyinya:

> To: Isteriku  tercinta
> Subject: Aku udah sampai!!!
> Date: 18 Mei 2005
>
> Aku tahu  pasti kamu kaget tapi seneng dapat kabar dariku.
> Ternyata disini mereka udah  pasang internet juga, katanya biar bisa
> berkirim kabar buat orang-orang  tercinta di rumah.
> Aku baru sampai dan sudah check-in. Katanya mereka juga  sudah
> mempersiapkan segalanya untuk kedatanganmu besok.
> Nggak sabar juga  deh rasanya nunggu kamu. Semoga perjalanan kamu ke
> sini juga mengasyikkan  seperti perjalananku kemaren.
> Love,
> Papa
> PS: Disini lagi  panas-panasnya. Kalau pada mau, anak-anak diajak aja

MUHAMMAD YANIS - Kamis, Desember 25, 2014

KEBOHONGAN SEORANG IBU


Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita percaya bahwa kebohongan akan membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi kisah ini justru sebaliknya. Dengan adanya kebohongan ini, makna sesungguhnya dari kebohongan ini justru dapat membuka mata kita dan terbebas dari penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia.

Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata : "Makanlah nak, aku tidak lapar" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA

Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekiat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk petumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk disamping ku dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata : "Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA

Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang dan kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaanny menempel kotak korek api. Aku berkata :"Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus kerja." Ibu tersenyum dan berkata :"Cepatlah tidur nak, aku tidak capek" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA

Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata :"Minumlah nak, aku tidak haus!" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT

Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata : "Saya tidak butuh cinta" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA

Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : "Saya punya duit" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM

Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku "Aku tidak terbiasa" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH

Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti
ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : "Jangan menangis anakku, Aku tidak kesakitan" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.

Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.
(Disadur dari www.kidung.com)

MUHAMMAD YANIS - Kamis, Desember 25, 2014

UNIQUE FACTS ABOUT INTERNET









MUHAMMAD YANIS - Kamis, Desember 25, 2014

Senin, 22 Desember 2014

ANTI-STRESS SONG

Senin, 22 Desember 2014

Buat yang lagi stress, ini bisa sedikit melegakan Anda
Lagu Anti Stress

MUHAMMAD YANIS - Senin, Desember 22, 2014

Kamis, 18 Desember 2014

WISATA RELIGI KE MASJID INDRAPURI

Kamis, 18 Desember 2014

Masjid Indrapuri, Aceh Besar, Propinsi Aceh merupakan salah satu masjid tertua di Aceh. Masjid ini memiliki nilai historis yang sangat penting bagi perkembangan Islam di Aceh, yang dibangun sebelum ada Kerajaan Islam Aceh, tepatnya sekitar abad 12 Masehi. Banyak masyarakat mempercayai masjid ini dibangun di atas pertapakan bekas candi karena dulunya adalah lokasi Kerajaan Hindu.


Sultan Muhammad Daud Syah
Pada masa awal penyebaran Islam di Aceh Besar, sejumlah penduduk setempat memeluk agama Islam sehingga lokasi bangunan yang mulanya untuk candi berubah fungsi menjadi Masjid. Muhammad Daud Syah yang merupakan Sultan Aceh yang terakhir (1874) pernah dilantik di Masjid ini sekaligus menjadikan Indrapuri sebagai ibukota Kesultanan Aceh.

Arsitektur Hindu
Bangunan masjid ini memiliki corak arsitektur Hindu yang terlihat pada atap yang berbentuk limas bersusun tiga, mirip Pura tempat peribadatan agama Hindu sebagaimana agama yang dianut masyarakat sebelumnya. Atapnya di topang oleh 36 tiang kayu, masing – masing 6 tiang dalam bentuk berjajar. Beberapa kayu saling silang dibagian atas untuk penyangga atap.

Masjid yang berbentuk segi empat ini memiliki luas 1880 meter persegi dan tinggi 11,65 meter. Bagian bangunan yang terlihat lebih kontras adalah bagian pondasi yang tingginya mencapai  1,48 meter, sehingga jelas terlihat seperti perpaduan antara bangunan mesjid dan benteng.

Masjid yang tak lekang dimakan zaman ini menjadi bukti sejarah bagaimana Islam dapat berbaur dengan masyarakat dengan mengedepankan nilai – nilai ukhuwah dan toleransi dalam penyebarannya sehingga masyarakat dengan sendirinya berbondong – bondong menjadikan Islam sebagai agamanya, agama  yang Rahmatan Lil ‘Alamin. 
(Dari berbagai sumber)

MUHAMMAD YANIS - Kamis, Desember 18, 2014

Kamis, 11 Desember 2014

JANGAN SEKOLAH KALAU GAK KOMPETEN

Kamis, 11 Desember 2014

Beberapa hari terakhir ini, dunia pendidikan kita diributkan dengan wacana penghentian penggunaan kurikulum 2013 di sekolah - sekolah karena pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dasar dan Menengah menilai banyak sekolah belum siap melaksanakannya dikarenakan beberapa hal, antara lain masalah kesiapan buku, sistem penilaian, penetaran guru, pendampingan guru dan pelatihan kepala sekolah. Terlepas pro dan kontra, pendidikan di Indonesia sudah beberapa kali berganti kurikulum mulai diberlakukannya kurikulum 2004 yang dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) kemudian diganti dengan Kurikulum 2006 atau lebih familiar dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dan di tahun 2013 berganti lagi menjadi Kurikulum 2013, yang lagi - lagi juga menuai masalah seiiring dengan pergantian pimpinan di kementrian bonafide tersebut.
Kompeten
Kalau merujuk ke kurikulum sebelumnya kurikulum 2004 sebenarnya sudah sangat jelas menekankan kata "kompetensi" sebagai capaian dari pembelajaran. Untuk lebih jelasnya tentang kompetensi dapat dilihat dari pernyataan berikut:
  1. Lancar menulis, membaca dan berhitung
  2. Mampu menggunakan komputer
  3. Hafal rumus - rumus eksak
  4. Terampil membuat laporan lainnya
  5. Mampu membuat gambar 3D, peta dan lainnya.
Pernyataan 1 dan 2 bukan kompetensi  karena hanya mengandung unsur keterampilan (Skill) saja sementara pernyataan 3 hanya hanya berkaitan dengan unsur pengetahuan (knowledge)  saja. Keterampilan dan pengetahuan sangat diperlukan untuk mecapai tingkat kompetensi yang diharapkan. Seorang siswa yang bisa menulis belum bisa dikatakan berkompeten walaupun keterampilan menulis itu sangat penting. Namun ketika siswa tadi bisa mengekspresikan dirinya (perasaan, pikiran, keinginan) melalui tulisan dan  dilakukan secara konsisten sehingga bisa menghasilkan karya - karya seperti cerpen, novel, puisi dan laporan lainnya maka ia dapat dikatakan berkompeten. Begitu halnya seorang mahasiswa yang mampu menggunakan komputer (pernyataan 2) belum juga dianggap kompeten, hingga ada seorang pengusaha properti yang menyuruhnya membuat gambar 3D untuk promosi perumahan yang sedang dibangunnya dan si mahasiswa bisa menyelesaikan tugas tersebut dengan baik. Jika mahasiswa tersebut dapat menjaga pengetahuan, keterampilan dan sikap secara konsisten dan persisten, maka dia layak menyandang prediket ber-KOMPETEN.
Jadi dengan kata lain kunci dari kompetensi adalah menghasilkan suatu produk. Jika pengetahuan dan skill bisa bersinergi menjadi sebuah produk yang konsisten maka kompetensi hadir disana. Kembali ke masalah kurikulum, jika capaiannya adalah kompetensi yang selalu bisa menjawab permasalahan yang konstektual, terlebih menjawab permasalahan umat dewasa ini, maka apapun nama kurikulumnya wajib diperjuangkan. Maka menjadi kompeten adalah suatu kewajiban yang harus terpatri dalam jiwa seorang Muslim.

MUHAMMAD YANIS - Kamis, Desember 11, 2014