Masjid Indrapuri, Aceh Besar,
Propinsi Aceh merupakan salah satu masjid tertua di Aceh. Masjid ini memiliki
nilai historis yang sangat penting bagi perkembangan Islam di Aceh, yang dibangun sebelum ada
Kerajaan Islam Aceh, tepatnya sekitar abad 12 Masehi. Banyak masyarakat
mempercayai masjid ini dibangun di atas pertapakan bekas candi karena dulunya
adalah lokasi Kerajaan Hindu.
Sultan Muhammad Daud Syah Pada masa awal penyebaran Islam di Aceh Besar, sejumlah penduduk setempat memeluk agama Islam sehingga lokasi bangunan yang mulanya untuk candi berubah fungsi menjadi Masjid. Muhammad Daud Syah yang merupakan Sultan Aceh yang terakhir (1874) pernah dilantik di Masjid ini sekaligus menjadikan Indrapuri sebagai ibukota Kesultanan Aceh.
Arsitektur HinduBangunan masjid ini memiliki corak
arsitektur Hindu yang terlihat pada atap yang berbentuk limas bersusun tiga,
mirip Pura tempat peribadatan agama Hindu sebagaimana agama yang dianut
masyarakat sebelumnya. Atapnya di topang oleh 36 tiang kayu, masing – masing 6 tiang
dalam bentuk berjajar. Beberapa kayu saling silang dibagian atas untuk
penyangga atap.
Masjid yang berbentuk segi empat ini
memiliki luas 1880 meter persegi dan tinggi 11,65 meter. Bagian bangunan yang terlihat
lebih kontras adalah bagian pondasi yang tingginya mencapai 1,48 meter, sehingga jelas terlihat seperti
perpaduan antara bangunan mesjid dan benteng.
Masjid yang tak lekang dimakan zaman
ini menjadi bukti sejarah bagaimana Islam dapat berbaur dengan masyarakat dengan
mengedepankan nilai – nilai ukhuwah dan toleransi dalam penyebarannya sehingga
masyarakat dengan sendirinya berbondong – bondong menjadikan Islam sebagai agamanya, agama
yang Rahmatan Lil ‘Alamin.
(Dari berbagai sumber)
(Dari berbagai sumber)
|
MUHAMMAD YANIS
1komentar:
Beberapa nama pengurus masjid Indrapuri masa lampau ialah Tengku Syiah Kuala, masjid ini dipegang oleh Teungku Chik Eumpe Trieng, yakni masa Panglima Polem. Selanjutnya, diwariskan kepada cucu Panglima Polem, Teungku WahabTeungku Syiah Kuala
Posting Komentar